Punya kumis tebal memang menawan karena membuat pria tampak berwibawa, dan tentunya mirip seperti Menteri Pemuda dan Olahraga yang baru saja ditunjuk, Roy Suryo. Jika tak ingin kumis yang menawan itu jadi penyakit, lakukan perawatan yang benar. Begini caranya.
Perawatan utama pada kumis pria adalah dengan menjaga kebersihan, sebab kalau tidak demikian maka kumis bisa menjadi sarang bakteri atau kuman lainnya. Tidak sulit untuk membersihkannya, cukup dengan mencucinya pakai sabun secara teratur. Sabun apa yang bisa digunakan?
"Pakai sabun apa saja yang cocok dengan kulit muka," kata Dr Putu Laksmi Anggari Putri Duarsa SpKK, dokter kulit dari RS Sanglah Denpasar saat dihubungi detikHealth, Jumat (11/1/2013).
Kumis yang jarang dibersihkan bisa menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Pada beberapa kasus, kumis yang tidak bersih bisa menyebabkan folliculitis atau radang akar rambut. Dampaknya bila tidak diatasi adalah munculnya bengkak-bengkak serta bisul pada kulit.
Selain itu, mencuci kumis dengan sabun secara teratur juga bisa membersihkan bahan-bahan tertentu yang bisa memicu kontak dermatitis atau alergi penyebab gatal-gatal. Seperti halnya alis mata pada perempuan, kumis pria juga sering diwarnai dan kalau tidak cocok bisa memicu gatal-gatal sehingga harus dibersihkan.
Beberapa dokter yang memelihara kumis juga mengaku punya kiat khusus untuk merawat kumisnya. Dr Ari Fahrial Syam, SpPD misalnya, selalu menyempatkan diri untuk membersihkan kumisnya sembari mandi serta memotongnya biar selalu bersih dan rapi.
"Dipotong 2 atau 3 hari sekali," kata Dr Ari yang mengaku memelihara kumis sejak kuliah, saat dihubungi detikHealth.
Begitu pula dengan Dr Prijo Sidipratomo, SpRad, mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang juga memelihara kumis tebal. Dr Prijo selalu membersihkan kumisnya dengan sabun, serta rutin memangkas kumis jika sudah kelihatan tidak rapi.
"Saya sendiri selalu menjaga agar kumis tidak melebihi batas mulut. Tujuannya biar kumis tidak mengganggu makan. Kumis kan letaknya paling dekat dengan mulut, makanan yang menempel di situ bisa menjadi sumber penyakit," terang Dr Prijo.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar