Ternyata ukuran kecerdasan itu juga bisa dilihat dari sudut pandang lain. Nabi pernah ditanya oleh seorang sahabat, tentang siapa sebenarnya yang disebut sebagai orang cerdas. Jawaban yang diberikan nabi atas pertanyaan itu ternyata tidak ada hubungannya dengan pengetahuan yang disebutkan di muka. Nabi mengatakan bahwa seseorang disebut cerdas manakala selalu ingat mati dan berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa yang pasti datangnya itu.
Jawaban nabi itu bukan sederhana. Seseorang disebut cerdas manakala yang bersangkutan selalu ingat terhadap peristiwa besar yang selalu saja dilupakan oleh banyak orang, tetapi pasti akan dialami oleh siapa saja, yaitu kematian. Orang cerdas adalah orang yang selalu ingat tentang asal muasal kejadiannya, apa tugasnya di dunia, dan kapan kehidupannya akan berakhir. Jawaban atas pertanyaan itu sederhana, tetapi ternyata tidak diketahui dan banyak dilupakan orang.
Melupakan tentang kematian ternyata menjadikan hidup sia-sia. Sekalipun mereka kaya raya, berpangkat tinggi, berposisi mulia, berilmu pengetahuan luas, semua itu tidak akan memberi manfaat dan sia-sia, oleh karena lupa terhadap peristiwa penting yang pasti dihadapi kelak, yaitu kematian. Umpama peristiwa itu selalu disadari terus menerus, maka apa saja yang dimiliki olehnya akan segera dimanfaatkan sebelum kematian itu datang. Oleh karena itu, ingat mati dipandang sebagai pertanda terhadap kecerdasan seseorang. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar