Jumat, 28 September 2012

Film Vantage Point !

Film  yang dibintangi Dennis Quaid yang berperan sebagai Thomas Barnes di film yang bercerita tentang kepahlawanan seorang pengawal presiden Amerika yang ditugaskan di Spanyol. Presiden Amerika di ancam dengan pembunuhan oleh kelompok teroris international di timur tengah.

Setting yang bagus untuk pembuatan film dengan peran yang pas dan cerita terorisme, bom bunuh diri dan kecanggihan teknologi teroris yang memakai jaringan satelit dan teknologi hand phone. Gambaran layalitas yang tinggi kepada pekerjaan dan kemampuan mengatasi masalah yang rumit dan dalam keadaan genting ditampilkan dalam film ini.

Menonton film bertemakan terorisme saat ini dalam kondisi dunia  dilanda gangguan terorisme sangat relevan. Banyak hal yang bisa kita petik pelajaran dari film ini terutama sosok Thomas Barnes yang pernah gagal dalam tugasnya.

Thomas Barnes (Dennis Quaid) dan Kent Taylor (Matthew Fox) adalah dua orang agen rahasia yang bertugas mengamankan Presiden Ashton (William Hurt) yang hadir dalam puncak pertemuan atas perang global terhadap terorisme. Namun dua tembakan yang ditujukan untuk Presiden Ashton membuat orang nomor 1 Amerika Serikat itu jatuh sesaat setelah kedatangannya di Salamanca, Spanyol.

Dalam kerumunan itu, adalah Howard Lewis (Forest Whitaker), seorang wisatawan Amerika yang dengan video digitalnya berusaha merekam peristiwa tragis dan bersejarah itu. Selain itu ada juga Rex (Sigourney Weaver), produsen berita TV Amerika yang sedang melaporkan jalannya konferensi itu untuk stasiun TV tempatnya bekerja. Kekacauan terjadi dan hiruk pikuk spontan peserta berusaha menyelamatkan diri.
Tak lama berselang, terjadi ledakan bom di tempat penembakan tersebut. Thomas Barnes kemudian berusaha mencari pelaku penembakan tersebut. Adakah kemungkinan pelaku penembakan tersebut sempat terekam salah satu kamera video yang tersebar di sekitar sang presiden?

Film ini memberi kesan sulit diikuti namun pada saat yang sama juga menggambarkan banyak hal dari sisi pandang yang berbeda. Beberapa kali penonton harus kembali mengikuti kejadian yang sama namun dari 'mata' beberapa tokoh yang ada di tempat kejadian. Teknik yang sama pernah dipakai oleh sutradara Akira Kurosawa dalam film RASHOMON sekitar 1950-an.

Dengan teknik ini sang sutradara berharap merangkum banyak sudut yang tidak mungkin dicapai dengan teknik penuturan 1 arah. Namun teknik yang sama bisa juga jadi bumerang, karena terlalu banyaknya flashback dan ketegangan yang beberapa kali harus terputus dan diulang dari awal.
Film karya sutradara Pete Travis yang mengambil lokasi shooting di Mexico ini dilepas Columbia TriStar Februari kemarin. Sejauh ini film ini berhasil masuk jajaran box office dan mengeruk keuntungan sebesar US$51 juta lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar